Rabu, 12 Mei 2010

Lost someone

Suasana duka terasa di berbagai sudut rumah. Raungan dan tangisan pilu tedengar kencang di dalamnya. Sesenggukan. Air mata penyesalan atas kesempatan yang tidak pernah dimanfaatkan selagi ia masih hidup. Air mata kehilangan sosok seorang ayah yang selalu mendampingi selama 26 tahun. Hidup terpisah tidak menghilangkan rasa sayang seorang anak terhadap ayahnya. Walau bagaimanapun ia tetap ayah mereka.. Setiap keluarga pasti memiliki kenangan indahnya tersendiri selagi mereka utuh.

Keluarga akan tetap menjadi keluarga sampai kapanpun. Tidak akan pernah ada yang namanya bekas keluarga. Aku hadir di tengah-tengah suasana itu. Aku beradu dengan hatiku. Di satu sisi atmosfir di sekitarku sungguh benar-benar menekan dan membuatku amat terpuruk. Tidak kuat berada di tengah-tengah keluarga besar yang sedang berduka. Melihat saudara, istri, dan anak menangis. Terlebih lagi saat melihat anak laki-laki menahan dan menguatkan diri sendiri dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Menahan untuk tidak menitikkan air mata. Berusaha tegar melewati apa yang memang harus dilewati. Ia tampak seperti ayahnya. Kokoh, tegas, dan tidak akan runtuh. Namun di satu sisi aku hadir untuk menguatkan hati seseorang. Maka aku tidak boleh terlihat lemah dan bersedih.

Namun pemandangan seperti ini sangat mengiris hati. Aku tahu siapa anak laki-laki itu. 5 tahun aku bersamanya. Melewati suka duka dalam kehidupan bersama. Aku tau dia hancur. Bahkan jatuh dan pecah berkeping-keping. Bagian hatinya yang terdalampun sudah tidak lagi kuat. Ia hancur. Pagi ini tangisnya pecah di sela-sela pembicaraan kami. Ia berteriak perih.. Pilu aku mendengarya. Miris rasanya hatiku. Tangiskupun ikut pecah.

Mungkin aku memang tidak kehilangan siapapun, tapi hari ini rasanya aku dapat merasakan seutuhnya semua yang ia rasakan. Perasaan sesak karena harus berpura-pura kuat dan tegar. Rasa sedih yang mendalam dalam waktu yang bersamaan. Rasa kehilangan yang teramat.. Ya Tuhan bila suatu saat aku juga merasakan hal ini aku tidak tahu aku mampu melewatinya atau tidak..
Pada saat aku duduk di sana, ia berkata kepadaku, "Kamu tadi kenapa ga liat papa?"
Aku jawab, "Aku liat kok tadi.."
"Aku pakein gelang kesayanganku di tangan papa, aku pakein kemejaku, itu dia juga pake sepatuku.. "
"..."
"..."

Ia mengatakan itu tanpa air mata. Tapi mataku yang menangis. Mewakili hatinya yang berteriak pilu. Tuhan...Kumohon, tolong terima dia di sisiMu.. Ijinkan ia untuk beristirahat dengan tenang..

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda