Selasa, 19 April 2011

Waiting

I've been feeling so alone, fell too deep with my own thoughts.
I keep waiting for you, but you never come..
Now i got tired of waiting. Wondering if you were ever coming around.
My faith in you is fading.. Know that you will never come...

I put a lot of hope to you. I gave my heart too much for you.
But now, all i can do is just crying
Sitting alone in my room, crying until my tears had been dried
Enjoy every pain that comes slowly and gnawed my heart..

Listen to every song that became a witness of our journey,
knowing that you'll never be mine..

Kamis, 23 Desember 2010

couldn't

Jadi ternyata kecintaanku pada menulis tidak pernah pudar. Aku dapat menuliskan apapun yang ingin kutulis. Aku bisa tertawa di dalam tulisanku. Aku bisa menangis di dalam tulisanku. Aku bisa marah, berteriak, dan melakukan apa saja dengan tulisan-tulisanku. Aku bisa menari dengan sederet huruf yang membentuk sebuah kesatuan kata. Seolah seperti teman sejati di luar dunia nyata. Teman senasib dan seperjuangan. Mengerti seluruh isi hatiku secara sempurna. Secara utuh tak tergores. Aku cinta setiap keempatian yang telah diberikannya.

Sungguh banyak perannya dalam kehidupanku. Membantu untuk menenangkan pikiran, memberi jalan keluar atas masalahku, karena dengan tulisan ini aku bertanya kepada diriku sendiri atas apa yang kira-kira bisa aku lakukan. Dan secara tak langsung aku mengkoreksi diriku melalui setiap goresan kecil di dalam kertas ini.
Ia saksi hidup. Saksi dari perjalanan yang tak mudah untuk dilewati, saksi atas setiap kebahagiaan yang aku terima tanpa bisa lagi aku ungkapkan dengan kata.
Teman setia yang tidak pernah meninggalkan saat satu persatu orang mulai meninggalkan kita dalam kehidupan nyata. Aku sangat bersyukur aku masih bisa memilikimu kawan. Stay with me until I could not write anymore :)

Grow stronger

Six years I was with this man. Walking together through ups and downs.
But my love has never fallen away. Even today this love grow stronger. More and more..
He was the man that I am looking for. Spend the rest of my life just with him.
The man who I know will never be replaced.
I just want him.
Spend the whole of my life just with him
..
The more I know him, the more i fell in love.
I fell in love for the second time..

Rabu, 12 Mei 2010

Lost someone

Suasana duka terasa di berbagai sudut rumah. Raungan dan tangisan pilu tedengar kencang di dalamnya. Sesenggukan. Air mata penyesalan atas kesempatan yang tidak pernah dimanfaatkan selagi ia masih hidup. Air mata kehilangan sosok seorang ayah yang selalu mendampingi selama 26 tahun. Hidup terpisah tidak menghilangkan rasa sayang seorang anak terhadap ayahnya. Walau bagaimanapun ia tetap ayah mereka.. Setiap keluarga pasti memiliki kenangan indahnya tersendiri selagi mereka utuh.

Keluarga akan tetap menjadi keluarga sampai kapanpun. Tidak akan pernah ada yang namanya bekas keluarga. Aku hadir di tengah-tengah suasana itu. Aku beradu dengan hatiku. Di satu sisi atmosfir di sekitarku sungguh benar-benar menekan dan membuatku amat terpuruk. Tidak kuat berada di tengah-tengah keluarga besar yang sedang berduka. Melihat saudara, istri, dan anak menangis. Terlebih lagi saat melihat anak laki-laki menahan dan menguatkan diri sendiri dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Menahan untuk tidak menitikkan air mata. Berusaha tegar melewati apa yang memang harus dilewati. Ia tampak seperti ayahnya. Kokoh, tegas, dan tidak akan runtuh. Namun di satu sisi aku hadir untuk menguatkan hati seseorang. Maka aku tidak boleh terlihat lemah dan bersedih.

Namun pemandangan seperti ini sangat mengiris hati. Aku tahu siapa anak laki-laki itu. 5 tahun aku bersamanya. Melewati suka duka dalam kehidupan bersama. Aku tau dia hancur. Bahkan jatuh dan pecah berkeping-keping. Bagian hatinya yang terdalampun sudah tidak lagi kuat. Ia hancur. Pagi ini tangisnya pecah di sela-sela pembicaraan kami. Ia berteriak perih.. Pilu aku mendengarya. Miris rasanya hatiku. Tangiskupun ikut pecah.

Mungkin aku memang tidak kehilangan siapapun, tapi hari ini rasanya aku dapat merasakan seutuhnya semua yang ia rasakan. Perasaan sesak karena harus berpura-pura kuat dan tegar. Rasa sedih yang mendalam dalam waktu yang bersamaan. Rasa kehilangan yang teramat.. Ya Tuhan bila suatu saat aku juga merasakan hal ini aku tidak tahu aku mampu melewatinya atau tidak..
Pada saat aku duduk di sana, ia berkata kepadaku, "Kamu tadi kenapa ga liat papa?"
Aku jawab, "Aku liat kok tadi.."
"Aku pakein gelang kesayanganku di tangan papa, aku pakein kemejaku, itu dia juga pake sepatuku.. "
"..."
"..."

Ia mengatakan itu tanpa air mata. Tapi mataku yang menangis. Mewakili hatinya yang berteriak pilu. Tuhan...Kumohon, tolong terima dia di sisiMu.. Ijinkan ia untuk beristirahat dengan tenang..

Sabtu, 10 April 2010

untitled

malam ini langit tersenyum untukku
bintang turut pula mengedipkan matanya untukku
bahkan angin turut berdesir pelan untuk menyejukkan malamku
hhhh..kalau saja setiap malam langit selalu bersahabat denganku
aku rasa tidak akan ada kesedihan dan kesendirian

kadang aku berada di tempat yang jauh dari dunia
aku dan duniaku sendiri
terhanyut dalam gelombang pikiran yang tidak pernah berhenti mengalir
bisa saja aku menangis sesenggukan
atau tertawa terbahak-bahak
atau hanya diam dan melebur dalam khayalanku
atau bisa saja aku hanya termenung di dunia nyata tanpa pikiran apapun

aku dapat menangis
aku dapat tertawa
atau aku melakukan keduanya sekaligus
hahaha
aku tampak seperti orang bodoh
namun terkadang kondisi memaksa kita untuk menangis sekaligus tertawa
maka dengan daya apa aku mampu melawannya?

dalam setiap langkahku aku membangun tembok kecil
semakin jauh aku melangkah, semakin besar pula tembok itu
semakin aku tidak mau berhenti, akan semakin kuat dan kokoh tembok itu
maka jadilah sebuah tembok besar yang tanpa disadari telah aku dirikan di sekelilingku
sebagai pembatas antara diriku dan dunia nyata..
aku tidak dapat pergi jauh
karena langkahku terhalang oleh tembok yang tinggi
namun aku tidak mau hanya melangkah beberapa petak
karena akulah yang memiliki duniaku
namun ketidaksadaran ternyata telah membuat tembokku terlalu kokoh.
terlalu sulit untuk aku lewati..
maka aku mencoba untuk berjalan pelan, sesekali memanjat
aku yakin tembok itu pasti memiliki celah
maka dalam perjalanan inilah aku akan mengajak pikiranku untuk turut berkompromi denganku.
aku dalam pikiranku sendiri..

Jumat, 26 Maret 2010

Follow The Rhythm

Tidak ada hal yang lebih menyenangkan bila dibandingkan dengan bergerak leluasa mengikuti setiap hentakan musik yang diputar oleh tape sore itu. Lelah memang rasanya setelah menjalani aktivitas seharian penuh. Berkutik dengan masalah yang sama setiap harinya, dengan aktivitas dan rutinitas yang juga hampir sama. Selalu statis. Datar sampai-sampai rasanya menjalani hari hanya sekedar sebagai kewajiban untuk dikatakan bahwa kita ini hidup. Jika tidak, maka mungkin orang-orang tidak akan sadar dan mengakui keberadaan kita.


Namun, saat telingaku mulai mendengar suara musik yang keluar dari speaker tape, saat tanpa disadari ternyata tangan dan kakiku sudah bergerak terlebih dahulu sebelum aku sadar untuk menggerakannya, ada suatu perasaan khas yang bergemuruh dari dalam hati untuk mulai bergerak sesuai irama lagu, dan kepenatan itu rasanya hilang begitu saja. Pikiranku akan dengan mudah menyatu dengan lagu dan gerakan yang akan kulakukan dalam hentakan nada berikutnya. Bahkan kadang begitu mengalir sampai aku tidak perlu memikirkan gerakan apa sebenarnya yang harus aku tarikan. Aku dapat bergerak dengan bebas, namun aku harus mampu untuk melakukannya tanpa melupakan keindahan dari tarian itu sendiri. Tapi justru suatu keharusan untuk menjaga keutuhan dari keindahan tarian itu sendiri yang menjadi tantangan yang menyenangkan untuk diriku. Bukan hanya sekedar bergerak tidak karuan ke segala arah, namun bergerak perlahan dan pasti ke arah yang sudah dibuat sedemikian rupa untuk mengatur jalannya tarian itu. Membuang tenaga untuk satu gerakan dan mengumpulkannya kembali untuk gerakan selanjutnya. Menyesuaikan irama lagu dengan setiap detail gerakan. Melangkah, berjalan, melompat, berputar sesuai irama. Bernafas terengah-engah di tengah-tengah tarian. Berpacu dengan detak jantung, memompa darah lebih banyak, meneteskan keringat, dan kembali menikmati musik yang mengalun dengan memberikan sebuah tarian yang terbaik.


Di saat tubuhku mulai bersatu dengan irama lagu aku merasa seolah-olah tubuhku mampu melakukan apa saja. Ia akan bergerak kemanapun yang aku mau. Senang rasanya melakukan hal yang kita cintai dan kita sukai dengan sepenuh hati. Tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa ternyata rasanya akan semenyenangkan ini. Seolah-olah aku berada di dunia lain yang berada dalam kehidupan nyata namun dengan keadaan dan suasana yang berbeda. Agak heran karena pada awalnya aku tidak pernah berpikir bahwa dengan menari semua akan terasa begitu menyenangkan. Pada awalnya bahkan aku tidak yakin aku mampu melakukan ini karena semua gerakan memerlukan daya tangkap dan daya ingat yang kuat. Tapi kita tidak akan pernah benar-benar mengetahui sesuatu apabila kita belum mencobanya bukan? Ternyata prakteknya jauh lebih mudah dan menyenangkan. Bila segala sesuatu dilakukan dengan tulus pasti hasilnya akan memuaskan. Lalu begitulah semuanya berjalan dan aku mulai menemukan kepuasan tersendiri dalam menjalaninya.


Bukan hanya merupakan hobi, namun dengan menari aku dapat belajar beberapa hal. Belajar untuk bekerja sama dalam tim, belajar untuk tampil dengan percaya diri, belajar untuk melakukan sesuatu secara total dan tidak setengah-setengah. Di saat latihan terus menerus yang melelahkan selesai dijalani, tiba saatnya untuk tampil di panggung utama. Tampil di antara sekian ratus pasang mata. Awalnya terasa gugup, namun saat pertunjukan dimulai aku mulai menikmati suasana dan atmosfir di tempat itu. Dimana para penonton dapat melihat setiap aksi yang aku tarikan bersama teman-teman yang lain. Tarian adalah sebuah seni. Maka adalah baik adanya bila kita menghargai seni itu dan melakukannya secara total. Aku berusaha melakukan yang terbaik saat berada di panggung. Karena aku juga menikmati keberadaanku di panggung maka tidak pernah aku merasa sedikitpun terpaksa atu tertekan saat akan tampil. Bisa dibilang aku terkadang menantikan saat-saat itu. Bila satu tarian telah selesai, maka akan bermunculan decak kagum dan tepuk tangan dari penonton. Hal itu seperti menjadi upah dan kepuasan tersendiri setelah selesai melakukan tarian. Ada sesuatu yang lain bila kita dapat menghibur orang lain dan membuat mereka menikmati seni itu sendiri. Semakin besar apresiasi penonton terhadap tarian kami aku semakin merasa puas dan menjadi terpacu untuk melakukan yang lebih baik lagi. Tidak pernah ada kata cukup untuk manusia, dan aku merasa semua ini juga masih belum cukup. Masih banyak yang harus dipelajari.


Kadang latihan terus menerus selama berjam-jam setiap harinya membuat tubuh secara fisik sangat lelah. Selesai menarikan satu tarian, untuk bernafas saja susah. Namun itulah tantangan dari menari. Memang lebih baik terus dilakukan setiap hari agar dapat melihat dan memperbaharui kesalahan-kesalahan yang ada. Lagipula walaupun rasanya memang sangat lelah, aku melihat sisi positif dari kegiatan ini. Aku merasa memiliki tubuh yang selalu segar karena terus berolahraga. Bukan hanya membantu secara fisik, tapi juga memiliki pengaruh positif terhadap mental. Kita dihadapkan untuk melakukan yang terbaik agar dapat menghibur penonton, maka kitapun harus nyaman dan menerima diri kita apa adanya. Karena dengan menerima diri kita sendiri secara menyeluruh, maka untuk tampil di depan sekian banyak orang akan terasa lebih mudah. Orang lainpun akan lebih nyaman melihat diri kita dan memberi apresiasi terhadap apa yang sudah kita lakukan. Menari merupakan kegiatan yang bagus dalam proses pembelajaran untuk menerima dan belajar memahami diri sendiri. Bahkan tanpa aku sadari ternyata aku sudah sangat menyukai kegiatan ini. Tidak ada salahnya menyalurkan emosi kita pada hal-hal yang lebih positif.

Kamis, 25 Maret 2010

that night

When i ran out of words, i wondered how to get rid of this loneliness
I can not say anything anymore. I cry but my eyes do not shed a tears
I speak but my lips do not make a sound
so i just sat quietly in a corner, crying without tears

I've made my night as a friend,
because with the night sky i can carve a sense of heart,
because i can make the night breeze as a calming breath.
And i made the wind as me,
because i was the wind that blow in winter who have fallen, when the grass was reluctant to dance and wilted leaves whispering to the empty expanse of dew.
Because i was alone, burried more anxious in silence, half burnt in the crush faith doubt..

I just went out the candle in the wind,
which can not illuminate the night without the light of the moon
and i am quiet until night approached me, and made me the man who languished and lonely as the time moves slowly and can never be stopped.
So this is where i am, in a corner of the earth where all seem hollow and unreal...